Globalisasi yang terjadi sekarang ini sedikit banyak telah mempengaruhi kecintaan masyarakat terhadap budaya tradisional, tak…
Berguru Silat di Kampung Halaman Si Pitung
Konon, Kampung Rawa Belong yang berlokasi di Jakarta Barat, merupakan tempat asal Si Pitung, jago silat betawi yang melegenda. Setidaknya, itu lah yang diyakini oleh warga Rawa Belong melalui cerita lisan turun temurun, meski budayawan sekali pun masih tenggelam dalam simpang siurnya asal muasal sang legenda.
Keyakinan mereka bukan tak berdasar. Hingga kini, keturunan dari keluarga Si Pitung masih menetap di Kampung Rawa Belong. Berdasarkan cerita, di kampung ini lah Si Pitung dulu belajar silat dan mengaji.
“Kalau bicara tentang Si Pitung pasti bicara mengenai Rawa Belong. Kampung ini memang terkenal dengan kampung sang jawara, karena diyakini sebagai kampung halaman Si Pitung,” ujar pemilik Sanggar Budaya Si Pitung, Bachtiar, saat ditemui Kompas Travel di Jakarta, Senin (7/4/2014).
Kampung Rawa Belong memang istimewa. Jika ingin melihat dan mempelajari budaya asli betawi, Kampung Rawa Belong lah tempatnya. Hingga saat ini warga Rawa Belong masih aktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan budaya betawi.
Salah satunya silat cingkrik, yang merupakan silat asli Kampung Rawa Belong. Meski tak lagi digunakan sehari-hari sebagai alat bela diri, warga Rawa Belong tetap mengajarkan silat kepada para pemudanya sebagai salah satu warisan seni dan budaya yang perlu dilestarikan. Tradisi ini seolah memperkuat identitas Rawa Belong sebagai kampung halaman sang legenda yang jago silat.
Cingkrik berasal dari kata jejingkrik yang berarti melompat. Diberi nama demikian, karena kebanyakan gerakan dari silat cingkrik adalah melompat. Namun, yang menjadi keutamaan dari silat ini adalah kecepatan.
Cukup mematikan, namun bukan untuk disombongkan. Itu lah nilai utama dari silat cingkrik. “Kata orang tua kami dulu, jangan pernah sombong dengan kehebatan silat kita, karena dengan kesombongan itu lambat laun akan menghancurkan kita,” ujar Bachtiar.
Menurut Bachtiar, silat cingkrik ini awalnya diajarkan oleh Ki Ma’ing. Dari Ki Ma’ing, silat cingkrik terus berkembang kepada murid-muridnya dan menjadi salah satu tradisi budaya asli asal Rawa Belong. Saat ini terdapat lebih kurang 12 sanggar silat yang masih aktif di wilayah Rawa Belong dan sekitarnya.
Tidak harus menjadi warga Rawa Belong untuk ikut belajar silat di sini. Siapa pun bisa, tanpa dikenakan biaya. “Sanggar silat di sini sebenarnya mengajarkan berbagai jenis silat betawi, tapi memang silat cingkrik yang utama karena berasal dari Rawa Belong. Pengembangannya saat ini lebih mengarah pada silat sebagai warisan seni dan budaya,” tutur Bachtiar.
Di Sanggar Si Pitung milik Bachtiar, silat cingkrik diajarkan setiap malam Rabu dan Sabtu. Selain sanggar silat, di kampung ini terdapat pula beberapa sanggar dan yayasan budaya yang juga menampilkan ondel-ondel, lenong, palang pintu, teater, dan atraksi budaya betawi lainnya.
Tak heran, jika Kampung Rawa Belong dijuluki sebagai Kampung Betawi. Tentunya, Kampung Rawa Belong akan selalu terbuka bagi siapa pun yang datang untuk mempelajari budaya betawi. “Kalau bukan kita yang melestarikan budaya betawi, lalu siapa lagi?” kata Bachtiar.
via Kompas Travel
This Post Has 0 Comments